Rabu, 19 Januari 2011

es

Chess04Saya sependapat dengan Gerry Robert, penulis buku “The Millionaire Mindset”, bahwa kita sebaiknya setiap saat untuk selalu berfikir kemunghkinan sukses atau successibility thinking. Jadi, kita tidak hanya cukup berfikiran positif aja seperti dikatakan Norman Vincent Peale. Dan, saya kira kita pun tidak hanya cukup sekedar possibility thinking seperti yang disarankan Robert Schuller.

Mengapa demikian? Sebab, dengan selalu berfikir kemungkinan sukses kita akan lebih bersikap mawas diri. Tindakan-tindakan yang kita bangun cenderung penuh dengan kepercayaan dan keyakinan diri. Bahkan, kita akan lebih memiliki perspektif jauh kedepan. Tegasnya, berfikir kemungkinan sukses itu sama halnya dengan sukses (success) ditambah kemungkinan (possibility).

Bill Gates (44 tahun) tanpa dia terbiasa succesibility thinking. Tentu tidak mungkin berani mendirikan perusahaan Microsoft, padahal saat itu dia masih berusia 19 tahun.

Di perusahaan computer itu dirinya bukan hanya sebagai direktur, atau manajer, tetapi lebih dari itu, sebagai Presiden Direktur. Jabatan itu dipegangnya selama 25 tahun. Dan memang, pada akhirnya, ia membuktikan bahwa bisnisnya mampu meraih sukses yang luar biasa, dan banyak dikagumi orang. Kini, namanya tercatat orang terkaya di dunia.

Dalam kaitan inilah, mungkin saja Anda akan bertanya. Sesungguhnya, seseorang itu, apakah untuk mendirikan perusahaan juga harus succesibility thinking? Ataukah kita harus memiliki rasa percaya diri dulu atau sebaliknya? Kalau saya pribadi berpendapat , seseorang itu harus berpikir kemungkinan sukses dulu atau succesbility thinking, untuk mendirikan perusahaan, barulah kita memiliki rasa percaya diri.

Katakanlah, jika ada peluang bisnis, dengan kita berpikir kemungkinan sukses dulu, akan membuat kita memiliki keberanian membuat perusahaan berupa CV, PT, atau Lembaga. Kita tinggal datang ke notaris, kita bisa mengangkat diri kita menjadi pada perusahaan yang kita dirikan. Itu sama saja kita sudah berpikir kemungkinan sukses.

Di dalam melakukan kegiatan bisnis, kita dapat mendeklarasikan berpikir kemungkinan sukses setiap hari, dengan sesuatu yang diyakini, yang kita anggap dapat mengubah kita. Misalnya hari ini, kita mendeklarasikan bahwa kata favorit saya adalah ”mungkin”.

Saya percaya, pada apa yang mungkin. Saya melihat kemungkinan-kemungkinan di mana-mana. Saya memfokuskan pada apa yang benar, terang, dan indah. Saya melihat yang terbaik dalam setiap situasi, dan dalam setiap orang.

Dan, pada hari berikutnya, kita bisa saja mendeklarasikan, bahwa “saya orang yang bersemangat”. Saya percaya, saya sukses karena saya ditakdirkan untuk sukses. Saya menolak hal-hal yang tidak baik. Saya bersemangat tentang diri saya dan potensi saya. Deklarasi semacam ini setiap harinya bisa berganti-ganti sesuai dengan yang kita kehendaki.

Selain kita menggunakan model pendekatan deklarasi berpikir kemungkinan sukses di dalam bisnis setiap hari, kita juga dapat melakukan model pendekatan religius, misalnya dengan melakukan dzikir dalam hati, yang juga bisa kita lakukan kapan saja, dan dimana saja. Saya yakin, hal itu semua akan menjadikan kita lebih mudah meraih sukses. Bahkan, bisnis yang kita jalankan juga akan lebih berpeluang berkembang.

Memang, semua itu membutuhkan kemauan keras. Maka, bila kita berkeinginan menjadikan diri kita untuk selalu berfikir kemungkinan sukses, bisa saja kita memprogram ulang diri kita sendiri, dengan jalan kita menyediakan waktu untuk selalu berfikir kemungkinan sukses. Mau dicoba?

ambil Keputusan

“Haruskah saya membuka rumah makan padang ?” itulah pertanyaan yang sempat muncul dalam benak saya saat itu. Ketika ide semacam ini saya coba lontarkan pada orang lain, mereka malah pesimis dan menanyakan: “Mengapa Anda harus membuka bisnis rumah makan padang, padahal bisnis seperti itu’ kan sudah menjamur. Apakah punya prospek bagus?”

Dengan adanya berbagai komentar tersebut, membuat saya semakin tertantang untuk membuktikannya. Padahal, sebelumnya saya sama sekali belum pernah terjun ke bisnis rumah makan, tetapi hal itu saya anggap sebagai peluang bisnis.

Sebagai entrepreneur, saya harus berani mencoba untuk membuktikannya, dan sanggup mengambil keputusan yang tepat. Namun saat ini saya tetap optimis, bahwa ide tersebut bisa terealisir. Pada akhirnya saya mengambil keputusan, bahwa saya harus berani mencoba bisnis ini. Saya yakin peluang pasar tetap ada, khususnya untuk kalangan masyarakat menengah keatas.

Ternyata, bisnis ini berwujud dan jalan, bahkan dimasa krisis pun, saya optimis bisnis rumah makan tetap prospektif. Kenyataannya, tamu semakin banyak, ada menteri, tokoh masyarakat, artis, dan kalangan pengusaha.

Didalam mengambil keputusan, pertimbangan intuisi saya lebih peka dari pertimbangan rasional. Memang sebagai entrepreneur kita harus berani menggunakan intuisi secara efektif, baik untuk mengambil keputusan dalam bisnis, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun kemungkinan kita tidak menyadari prosesnya, bahwa setiap keputusan yang kita buat dengan menggunakan intuisi ini hanya salah satu contoh dari sekian banyak pengalaman yang saya alami.

Saya merasa betul, betapa tajamnya sentuhan intuisi itu. Hal itulah yang barangkali memungkinkan saya membiarkan data intuisi itu melengkapi data lain, yang akhirnya saya gunakan dalam membuat keputusan. Sehingga, saya semakin yakin, bahwa dalam menggeluti bisnis maupun kehidupan ini, sebaiknya kita tetap menggunakan intuisi. Sebab, intuisi akan ikut membuka pikiran dan memberikan nilai tambah bagi emosi kita, dan intuisi memberdayakan kita agar semakin produktif dan aktif dalam setiap situasi.

Intuisi menjadi sangat penting, tidak hanya untuk kepentingan sekarang, namun juga untuk kepentingan masa depan. Sebab, diperkirankan tantangan bisnis di masa mendatang, relative berbeda dengan sekarang. Perubahannya sangat cepat dan serba kacau, tidak menentu, sehingga sulit bagi kita untuk memprediksikannya.

Suatu tantangan dengan tingkat turbulensi yang tidak menentu semacam ini, jelas akan membuat intuisi kita semakin berperan dalam setiap mengambil keputusan. Kemungkinan ilmu manajemen yang sekarang kita geluti, masih sulit untuk bisa memecahkan berbagai tantangan yang akan terjadi di masa mendatang. Padahal, kita tentunya tetap berharap, bahwa bisnis yang kita jalani sekarang ini harus tetap terus berkembang.

Kita sebagai entrepreneur, disukai atau tidak, harus tajam dalam intuisi. Kita harus mampu berfikir cepat dan akhirnya mampu mengambil keputusan yang tepat. Saya melihat ada sesuatu yang unik pada intuisi, yakni berlawanan dengan proses nalar. Proses intuisi itu tidak linier (bermacam-macam pola), sedang proses rasional adalah linier. Itu sebabnya, mengapa kebanyakan entrepreneur dalam setiap mengambil keputusan atau langkah dalam bisnisnya, sering membuat kejutan, tidak rasional, dan berani menghadapi resiko.

Oleh karenai itu, saya setuju pendapat yang mengatakan, bahwa antara intuisi dan irasionalitas, saling berkaitan. Sebagian keputusan yang kita ambil merupakan campuran berbagai macam ingatan, gagasan, perasaan, dan fakta yang kadang-kadang saling bertentangan. Sehingga “sentuhan” intuitif itu memungkinkan kita membiarkan data intuisi itu melengkapi data lain yang akan kita gunakan untuk mengambil keputusan.

Menurut Quin Spitser dan Ron Evans, intuisi adalah analisa kilat dari fakta menggunakan pengetahuan dan pengalaman sebagai filter. Dalam bisnis, memang dikenal dengan adanya intuisi bisnis. Didalamnya ada wawasan, pengalaman, mental, dan perasaan, tapi ada juga wawasan yang luas, pengalaman banyak, dan mental yang dalam. Intuisi ada 4 empat tingkatan, yaitu bisa muncul melalui fisik, emosi, mental, dan spiritual.

Banyak cara mengembangkan intuisi, diantaranya seperti yang dikembangkan oleh Robert K. Cooper, Phd, yaitu: terjun kedalam pengalaman, kerahkan kemampuan sedikit lebih banyak, tetap terbuka terhadap segala kemungkinan, atasi rasa takut, kenali dan cari cara untuk mengatasi apapun yang menghalanginya. Selain itu Cooper juga menyarankan, supaya peluang pengindraan harus keluar dunia bisnis, berikan perhatian ekstra kepada tanggapan pertama terhadap pertanyaan-pertanyaan, perhatikan bagaiman intuisi berkomunikasi dengan diri kita, luangkan waktu beberapa menit saja dalam sehari untuk catatan kecerdasan emosional, dan jangan lupa memperluas rasa percayadiri. Anda berani mencoba?

Memulai Bisnis Tanpa Uang Tunai

warungMungkinkah kita memulai bisnis tanpa memiliki uang tunai? Saya kira itu mungkin saja. Mengapa tidak! Jika kita mampu mengoptimalkan pemikiran kita, maka banyak jalan yang bisa ditempuh dalam menghadapi masalah permodalan untuk kita memulai bisnis. Cuma masalahnya, dari mana duit itu berasal? Logikanya, semua bisnis itu membutuhkan modal uang.

Memang, kebanyakan kita selalu mengeluhkan ketiadaan modal uang sebagai alasan mengapa kita “enggan” berwirausaha. Padahal, modal yang paling vital sebenarnya bukanlah uang, tetapi modal non-fisik, yakni berupa motivasi dan keberanian memulai yang menggebu-gebu.

Saya yakin, jika hal itu bisa terpenuhi, maka mencari modal uang bukanlah persoalan yang tidak mungkin, mesti secara pribadi kita tidak memiliki uang. Sementara kita telah tahu, bahwa peluang bisnis telah ada di depan mata. Tentu, alangkah baiknya jika kita tidak menundanya untuk memulai berbisnis.

Toh kita tahu, bahwa sebenarnya banyak sumber permodalan. Seperti uang tabungan, uang pesangon, pinjam di bank, dan di koperasi atau dari lembaga keuangan, atau dari pihak lainnya. Namun, jika kita ternyata tidak memikili uang tabungan, uang pesangon, atau katakanlah belum ada keberanian untuk meminjam uang ke bank atau koperasi, saya kira kita juga tidak terlalu risau. Karena ada cara untuk kita memulai bisnis, mesti kita tidak memiliki uang tunai sekalipun.

Contohnya, kita bisa menjadi seorang pelantara. Misalnya, menjadi pelantara jual bile rumah, jual motor dan lain-lain. Keuntungan yang kita dapat bisa dari komisi penjualan atau dari cara lain atas kesepakatan kita dengan pemilik produk. Saya yakin, kita pasti bisa melakukannya.

Kita bisa juga membuat usaha dengan cara konsumen melakukan pembayaran dimuka. Dalam hal ini, kita bisa mencari bisnis di mana konsumen yang jadi sasaran bisnis kita itumau membayar atau mengeluarkan uang dulu sebelum proses bisnis, baik jasa maupun produk, itu terjadi. Misalnya bisa dilakukan pada bisnis jasa, seperti industri jasa pendidikan. Di mana, siswa diwajibkan membayar dulu di depan sebelum proses pendidikannya itu terjadi.

Bisa juga misalnya, ada orang yang memesan barang pada kita, namun sebelum barang yang dipesan itu jadi, pihak konsumen memberikan uang muka dulu. Artinya, ini sama saja kita telah diberi modal oleh konsumen.

Masih ada cara lain memulai bisnis tanpa kita memiliki uang tunai. Contohnya, menggunakan sistem bagi hasil. Biasanya, cara bisnis model ini banyak diterapkan pada Rumah Makan Padang. Di mana kita sebagai orang yang memiliki keahlian memasak, sementara patner bisnis kita sebagai pemilik modal uang.

Kita bekerjasama dan keuntungan yang didapat pun dibagi sesuai kesepakatan bersama. Atau kita mungkin ingin cara lain? Tentu masih ada. Contohnya, kita bisa melakukannya dengan sistem barter dengan pemasok, dan kita pun jika memiliki keahlian tertentu, mengapa tidak saja menjadi seorang konsultan. Selain itu, bisa saja dengan cara kita mengambil dulu produk yang akan diperdagangkan, hanya untuk pembayarannya bisa kita lakukan setelah produk tersebut terjual pada konsumen. Tentu, masih banyak cara lain untuk kita memulai bisnis tanpa uang tunai.

Oleh karena itu, menurut saya, sebaiknya kita tidak perlu berkecil hati atau takut dipandang rendah, bila ternyata kita memang tidak memiliki uang tunai namun berhasrat untuk memulai bisnis. Saya yakin dengan kita memiliki kemauan besar menjadi seorang wirausahawan atau entrepreneur, maka setidaknya akan selalu ada jalan untuk memulai bisnis. Nyatanya, tidak sedikit pengusaha yang telah meraih keberhasilan meski saat memulai bisnisnya dulu tanpa memiliki uang tunai.

Itu menunjukan bahwa tidak benar kalo ada yang mengatakan: “Tak mungkin kita memulai bisnis tanpa memiliki uang tunai”. Kuncinya sebetulnya terletak pada motivasi dan keberanian kita memulai bisnis yang mengebu-gebu. Hanya saja, untuk cepat meraih sukses, apalagi tanpa memiliki uang tunai, itu tidak semudah seperti kita membalikan telapak tangan. Semuanya membutuhkan perjuangan.

manajemen rumah maka padang

najemen Restoran Padang

Ada sebuah manajemen yang menarik di Indonesia, setidaknya itu menurut saya , yaitu manajemen restoran padang. Mengapa demikian? Itu karena model manajemen ini menerapkan transparansi dalam keuangan dan pembagian keuntungannya lewat sistem bagi hasil.

Dampak dari model manajemen ini, memang tidak hanya pada faktor manajerial semata, tetapi juga berdampak pada faktor pelayanan. Di mana, pelayanan yang serba cepat menjadikan Restoran padang dikenal. Kita pun bebas memilih menu. Menu pun bervariasi, begitu juga minumannya. “Menu Nano-Nano” begitulah, banyak orang yang menyebut buat aneka menu yang dihidangkan dan pasti dijamin halal.

Selain itu kelebihan Restoran padang adalah selain pelayanan cepat, juga lebih terkesan fleksibel. Artinya, hidangan yang kita pesan itu bisa saja dimakan di restoran tersebut, tapi kita bisa juga meminta karyawan Restoran padang untuk membungkusnya dan kita santap di rumah. Dan satu lagi, masakan padang punya rasa yang khas, dan memenuhi selera hampir semua masyarakat dari berbagai Negara. Selain itu, faktor kebersihan ruangan juga selalu mendapat prioritas.

Dalam manajemen, di mana ada manajer dan karyawan. Pada karyawan sendiri ada yang bagian dapur induk (koki), book keeper (pembuka), pantry (buat minuman), palung (pembawa makanan), teller (pembayar pemasok), kasir, writer dan waitress. Saya juga melihat, selain trnsparan model manajemen bagi hasil itu telah menjadikan restoran padang punya ciri khas sendiri.

Dan yang menarik lainnya adalah hubungan antara pemilik modal dengan manajemen lebih sebagai mitra. Karena apa? Mereka tidak mendapatkan gaji, namun mereka mendapatkan bagian dari keuntungan bersih restoran tersebut. Jadi, dalam memberikan keuntungan itu, memang ada pembagian untuk penanam modal sendiri dan ada pula bagian keuntungan manajemennya atau karyawannya. Itu biasanya dibagikan setelah keuntungan 2,5% untuk zakat.

Sedang pendapatan karyawan adalah dengan sistem poin. Jadi setiap karyawan punya poin atau nilai. Dan biasanya perhitungan dilakukan setiap 100 hari sekali. Nilai tertinggi ada pada karyawan yang bekerja di dapur induk (koki). Mengapa demikian? Karena pada bagian inilah yang mampu memberikan nilai rasa menu makanan maupun minuman yang dihidangkan.

Saya kira, manajemen semacam ini akan membuat mereka yang bekerja di restoran padang selalu punya semangat tinggi. Dan semakin tinggi semangat mereka bekerja, menjadikan hasil yang diterima banyak. Kalau malas hasilnya pun sedikit. Selain itu, sistem keuangan yang selalu transparan menjadikan setiap karyawan level apapun tahu berapa omzet yang diraih perusahaan dalam setiap harinya. Sehingga hal itu menjadikan karyawan lebih termotivasi untuk maju. Di samping itu, manajemen padang juga mendidik karyawannya lebih kompak dalam bekerja. Sebab, tanpa ada kekompakan mereka bekerja hasil yang diraih berkurang. Bahkan, bukan tak mungkin hal itu menimbulkan dampak pada pelayanan maupun rasa.

Oleh karena itu, saya kira manajemen padang ini bisa sebagai alternative, dan cukup bagus untuk kita terapkan pada sector jasa maupun produksi lainnya. Dan, satu hal lagi yang menarik adalah, karyawan restoran padang dengan manajemen seperti itu, tidak membuat setiap karyawannya menanyakan kapan SK (surat keputusan) pengangkatan kerja itu dibagikan. Mereka juga tidak akan menanyakan kapan naik gaji. Sebaliknya, justru mereka berupaya bagaimana harga poinnya bisa selalu naik. Karena harga poin itulah yang akan menentukan jumlah penghasilan setiap bulan. Jadi yang menentukan penghasilan adalah dirinya sendiri. Anda berani mencoba?

gaya wirausaha

images-1Sebagai pengusaha, saya banyak bertemu teman-teman pengusaha yang menjalankan bisnis dengan gaya yang berbeda-beda. Ada teman pengusaha yang menggunakan manajemen atau yang kita sebut sebagai gaya berwirausaha “manajerial”, tetapi ada juga yang menjalankan bisnisnya dengan menggunakan gaya “kejuraganan”.

Saya kira, dengan gaya berwirausaha apa pun yang kita terapkan dalam bisnis kita, yang penting bisnis kita tetap bisa dijalankan dan maju. Itu semua memang tergantung pada diri kita masing-masing. Asal kita mantap dengan gaya tersebut, ya lakukan saja. Sebab, kalau kita sudah mantap, maka bisnis yang kita jalankan sekarang ini tentu akan semakin mantap meraih kesuksesan.

Sudah banyak terbukti, bahwa pengusaha yang menggunakan gaya berwirausaha “Kejuraganan” terbukti usahanya sukses. Gaya ini menempatkan 4 fungsi manajemen, yakni produksi, pemasaran, sumber daya manusia, dan keuangan, terpusat pada pengusahanya. Teman saya sendiri sukses luar biasa dengan gaya tersebut.

Pada juragan biasanya lebih suka bekerja seperti karyawan saja, dan jangan heran kalau kita kemudian menjadi sulit untuk membedakan perannya. Bisa sewaktu-waktu menjadi pengusaha atau pemilik bisnis, bisnis juga sebagai karyawan, sebagai keuangan, dan lain sebagainya. Itu sekali lagi karena ke-4 fungsi manajemen dilakukannya sendiri. Sementara karyawannya yang bekerja di perusahaannya, hanya berfungsi melaksanakan tugas atau delegasi teknis saja. Sementara itu, ada teman saya yang lain asyik menjalankan bisbis begitu dengan gigih menggunakan gaya berwirausaha “manajerial”. Artinya ke-4 fungsi manajemen didelegasikan kepada para manajer di perusahaan. Dan, ternyata gaya “manajerial” ini pun sama-sama bisa berhasil meraih sukses.

Gaya manajerial kita amati memang cenderung membuat kita lebih berani mendelegasikan dan bertanggung jawab pada manajer atau karyawan kita. Kita juga mendorong mereka untuk memberikan peluang meningkatkan prestasi. Pemperdayaan seperti ini tak ada pada gaya “Kejuraganan”. Menghadapi 2 pilihan itu, akhirnya memang tergantung kita sendiri. Kita mau pilih gaya berwirausaha yang mana yang kita suka. Apakah kita akan memilih “manajerial” ataupun “Kejuraganan”? yang penting semua itu tergantung kemantapan kita

Jumat, 12 November 2010

Minyak Angin Generasi Baru

Flosh

Minyak Angin Aromatik

Hangat dan Wangi

Tersedia 3 Aroma
dari tiga tipe daun ,bunga dan buah .
yaitu :
1. Aroma Green tea (daun)
2. Aroma Lavender (bunga)
3. Aroma Apple (buah)

Khasiat :

  • Meringankan masuk angin dan sakit kepala.
  • Meredakan flu dan hidung tersumbat.
  • Mengurangi rasa pegal.
  • Aromaya membangkitkan energi dan menjernihkan pikiran.
isi : 8 ml


komposisi :
  • Menthol,Methyl Salicylate,Camphor,Essential Oils,Fragrances,Carrier.

Contact Person :

Kasman Syarif
jl.tentara pelajar no.bb-5 Bogor
Jawa barat.
Indonesia

081389451345

0251 9388952